Selasa, 17 Mei 2016

konflik ideologi menjelang kemerdekaan RI

MAKALAH
SEJARAH INDONSIA II

Tentang
Konflik Ideologi
 






                                                     
     
        
                                                                 



Oleh:

M Suprizal Manurung
Pan Eka Putra


Dosen Pembimbing:
Dr. Danil Mahmud Caniago, M.Hum




JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI-B)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1437 H/ 2016 M

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya memberikan jalan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Sejarah Indonesia II dengan judul Konflik Ideologi.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan apabila ada kesalahan kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya.





















PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada masa menjelang kemerdekaan sampai munculnya pemberontakan PKI pada tahun 1965 panggung sejarah Indonesia lebih banyak diwarnai ketegangan antara kelompok nasionalis dengan kelompok Islam ketimbang Islam dengan Kristen. Namun begitu, tidak bisa dikatakan bahwa pada masa ini sama sekali tidak ada ketegangan antara Islam dengan Kristen. Perjuangan para elit Islam untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara yang kemudian melahirkan Piagam Jakarta menyebabkan suatu pergulatan yang tiada henti-hentinya antara kelompok nasionalis (yang tidak menghendaki Islam sebagai dasar Negara termasuk di dalamnya wakil Kristen).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa-apa sajakah Ideologi – Ideologi yang berkembang di Indonesia?
2.      Bagaimanakah Konflik Ideologi yang terjadi di Indonesia Menjelang Proklamasi?














PEMBAHASAN
Konflik Ideologi

Berbagai ideologi berkembang di Indonesia sejalan dengan perkembangan Indonesia menuju kemerdekaannya. Keberagaman pemikiran ini turut membangun Indonesia yang ada sekarang ini. Ideologi-ideologi yang berkembang di Indonesia diawali oleh, Nasionalisme Modern, dengan munculnya sekelompok kecil mahasiswa dan cendekiawan muda yang menganggap dunia modern sebagai tantangan terhadap masyarakat dan menganggap diri mereka sebagai pemimpin di masa depan (Feith & Castles, 1998).
Nasionalisme kemudian lahir dari kaum cendekiawan yang mulai memiliki perhatian khusus terhadap kemajuan dan kebebasan Indonesia. Dimana dalam hal ini direfleksikan dengan munculnya berbagai pergerakan nasional di Indonesia. Cendekiawan-cendekiawan ini berdiskusi mengenai Indonesia yang dijajah oleh Barat dan mulai berpikir untuk mencari cara untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Kaum-kaum terpelajar ini kemudian membangkitkan nasionalisme Indonesia. Dengan semangat nasionalisme yang dibawa, perjuangan untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan dan mencapai Indonesia merdeka semakin kuat.
A.    Ideologi – Ideologi yang berkembang di Indonesia
Menurut Ir. Soekarno terdapat tiga ideologi yang berkembang di Indonesia, yaitu nasionalisme, islamisme, dan marxisme. Tiga ideologi ini dapat berjalan beriringan dengan pemikiran dari kaum nasionalis yang mengendaki hidup menjadi satu. Ketiga ideologi itu berkembang di indonesia karena peran ketiga ideologi itu sebagai pandangan yang menaungi berbagai organisasi yang ada di Indonesia, menurut Ir. Soekarno (1964) dalam beberapa hal marxisme, nasionalisme, dan islamisme menutupi ideologi satu dengan yang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa ketiga ideologi itu menjadi tak terpisahkan dalam perkembangan ideologi yang ada di indonesia, karena satu ideologi dengan yang lainnya saling mengisi.

1.      Ideologi Nasionalisme
Ideologi Nasionalisme berkembang dengan cepat di Indonesia, hal ini tak lepas dari semangat yang dibawa oleh ideologi ini. Nasionalisme membawa semangat tentang kesetiaan dan perjuangan setiap indiviu kepada bangsanya. Hal ini lah yang membuat nasioalisme kemudian berkembang dengan sangat pesat di Indonesia pada saat itu, karena ideologi ini muncul dan berkembang tepat disaat Indonesia sedang berusaha memperjuangkan kemerdekaannya dan  ideologi ini kemudian berkembang mulai dari pejuang kedaerahan sampai ke cendekiawan nasional. Bagi cendekiawan sendiri nasionalisme membawa semangat lain, selain tentang kecintaan dan semangat perjuangan terhadap bangsanya.
2.      Ideologi Islamisme
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ketiga ideologi ini saling menutupi atau bahkan saling berkorelasi dengan ideologi lainnya. Di dalam  ideologi islamisme terdapat semangat nasionalisme didalamnya. Karena dalam ideologi ini, tercermin pula nasionalisme islam  atau  negara islam. Dan didalam islam sendiri terdapat kepercayaan  untuk menciptakan persatuan dan mencintai bangsanya. Karena bagi muslim atau pemeluk agama islam, dimanapun kaum ini berada dan bermukim, mereka akan tetap menjadi bagian dari kaum islam yang ada di dunia. Semangat persatuan dan kecintaan itulah yang kemudian membuat islamisme berkorelasi dengan nasionalisme. Dan menurut Ir. Soekarno (1964) dimanapun orang islam bertempat, disitulah ia harus mencintai dan bekerja untuk keperluan negri itu dan  rakyatnya. Dengan kata lain, umat islam dalam semangat ideologi islamisme ini dituntut untuk mengabdikan diri semaksimal mungkin kepada negara yang ditempati.
Perjuangan para elit Islam untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara yang kemudian melahirkan Piagam Jakarta menyebabkan suatu pergulatan yang tiada henti-hentinya antara kelompok nasionalis (yang tidak menghendaki Islam sebagai dasar Negara. termasuk di dalamnya wakil Kristen) berhadapan dengan kelompok Islam dari masa menjelang kemerdekaan sampai dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.[1]
3.      Ideologi Marxisme
Ideologi marxisme juga merupakan sebuah  ideologi yang berkembang di indonesia. Ideologi ini muncul dan berkembang di negara-negara Eropa atas dasar pemikiran Karl Marx dan tokoh-tokoh marxisme lainnya. ideologi marxisme ini sesungguhnya adalah sebuah ideologi yang erat kaitannya dengan ideologi sosialis atau bahkan ke ideologi komunis. Hal itu dikarenakan ideologi ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas, yaitu masyarakat yang setara,tidak ada perbedaan kelas dan tidak ada eksploitasi dari kaum yang kuat ke kaum yang lemah . Dalam perkembangannya di Indonesia, ideologi ini menjadi salah satu alasan munculnya komunisme di indonesia, ditandai dengan kemunculan PKI atau Partai Komunis Indonesia. Partai ini pada eranya mampu mempengaruhi sistem perpolitikan Indonesia dengan masuk dan ikut berkompitisi di Pemilu. Namun ketika ideologi ini dinilai sudah menkhawatirkan dan mulai memunculkan pemberontakan di sejumlah daerah di Indonesia, ideologi kemudian mulai dihilangkan dengan adanya pembubaran PKI.
Perkembangan tiga ideologi yang ada di Indonesia diwarnai dengan banyak sejarah dan proses yang  mempengaruhi bangsa ini. Meskipun pada penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa ketiga ideologi ini saling menutupi atau bahkan saling berkorelasi, hal itu tidak saja memungkinkan timbulnya pergolakan atau bahkan sebuah konflik. Dijelaskan oleh Feith (1988) bahwa dalam  perkembangan ketiga ideologi itu di Indonesia dilalui oleh banyak konflik yang dipicu oleh perbedaan dasar-dasar ideologi di Indonesia.
B.     Konflik Ideologi Menjelang Proklamasi
Pada akhir masa penjajahan Jepang elit modern politik Indonesia terbagi dalam beberapa kelompok: Islam yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara, komunis, dan Kristen. Masing-masing kelompok ini mengusung ideologinya sendiri-sendiri. Namun dalam perjuangan ideology negara faksi-faksi ini bisa disederhanakan menjadi dua kelompok. Kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan agama yaitu kelompok Islam dan kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan ideologi non-agama yaitu kelompok nasionalis. Akibatnya ketegangan pada masa sekitar proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia lebih banyak disebabkan oleh perbedaan ideologi negara dan ketegangan tersebut hanya terjadi pada tingkat elit politik para pendiri negara. Hal ini tampak pada perumusan ideologi negara Republik Indonesia yang akan dibentuk.
Namun keputusan ini tidak berarti mengakhiri perdebatan yang ada. Dalam rapat-rapat berikutnya terdapat keberatan-keberatan baik yang berasal dari Kristen maupun orang Islam yang berpendidikan barat. (Maarif 1985:208). Namun keberatan-keberatan ini dapat dikendalikan oleh Soekarno. Kemenangan kubu Islam ini berubah ketika pada tanggal 18 Agustus 1945 tepat sehari setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Atas keberatan dari kelompok nasionalis dan orang Kristen dari Indonesia bagian Timur tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut dihapus dari naskah pembukaan UUD 1945. Karena yang dianggap penyebab pertama pencoretan tujuh kata ini adalah orang Kristen maka peristiwa ini menjadi titik awal ketegangan antara Islam dengan Kristen. Peristiwa tersebut menyebabkan sejumlah kelompok Islam merasa dikhianati. Kekalahan ini oleh generasi Islam berikutnya dipandang sebagai kekalahan dan kelemahan politik wakil-wakil umat Islam (Maarif 1985:109).
Natsir melihat keberatan orang Kristen dari Indonesia Timur tersebut disebut sebagai ultimatum.
Isi pesan itu pendek saja. Yaitu: ada 7 kata yang tercantum dalam Muqaddimah Undang-undang Dasar Republik, yang harus dicabut, katanya. Kalau tidak, Umat Kristen di Indonesia sebelah Timur “tidak akan turut serta dalam negara Republik Indonesia”, yang baru diproklamirkan itu. Tujuh kata-kata itu berbunyi: ...... “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk pemeluknya”. Utusan tersebut tidak untuk mengadakan diskusi tentang persoalannya. Hanya menyampaikan satu peringatan. Titik!. Tak perlu bicara lagi. Terserah apakah pesan diterima atau tidak. Asal tahu apa konsekuensinya. Ini berupa ultimatum (Natsir 1991:45).
Peristiwa ini menjadi salah satu ingatan buruk bagi kelompok Islam yang Menginginkan Indonesia berdasar Syariat Islam. Meskipun tidak terjadi konflik terbuka secara langsung Islam dengan Kristen, namun peristiwa ini menjadi faktor yang sangat menentukan bagi  hubungan Islam-Kristen di Indonesia pada masa mendatang. Masalah Piagam Jakarta ini menjadi salah satu faktor penting penyebab disharmonis hubungan Islam-Kristen pada masa pasca-kolonialisme.
Bentuk kekecewaan umat Islam pada keputusan tersebut muncul kepermukaan dalam bentuk pemberontakan di beberapa daerah dengan tujuan mendirikan negara Islam. Misalnya, di Jawa Barat Kartosuwirjo pada tanggal 7 Agustus 1949 memproklamasikan Negara Islam Indonesia.6 Kahar Muzakar mengadakan pemberontakan di Sulawesi Selatan pada tahun 1952 dan Daud Beure’eh memproklamasikan Negara Islam di Aceh sebagai bagaian dari Negara Islam Indonesia yang diproklamasikan oleh Kartosuwirjo. Namun, pemberontakan-pemberontakan ini justru melemahkan perjuangan politik Islam pada masa Orde Baru dan menguntungkan bagi kelompok  Kristen karena penguasa Orde Baru selalu curiga terhadap politik Islam.
Hal ini tampak pada kebijakan militer Orde Baru yang memerangi kekuatan “ekstrim kiri” (komunis) dan “ekstrim kanan” (separatis Muslim). Pada masa Pemilu 1955 perbedaan-perbedaan antar kelompok di seluruh ranah tanah air lebih dipertajam dan dipertegas lagi lewat pembentukan partai politik. Karena partai politik tidak hanya melibatkan kelompok elit tetapi juga dukungan massa maka jika pada masa seputar proklamasi kemerdekaan RI yang bersitegang hanya ditingkat elit, pada masa pasca-pemilu 1955 ketegangan tersebut melibatkan seluruh komponen kelompok masyarakat Indonesia termasuk perbedaan komponen kelompok keagamaan. Hal ini diperparah ketika banyak partai politik mengusung bendera agama. Sehingga konflik politik selalu tumpang tindih dengan konflik agama, begitu juga sebaliknya.[2]


























PENUTUP
KESIMPULAN

Ideologi yang berkembang dalam indonesia pada awal-awal perjuangan dan perebutan kemerdekaan pada awalnya dimunculkan oleh beberapa penyebaran, salah satunya cendekiawan Indonesia yang belajar di Eropa. Ideologi itu adalah Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme.
Sejak masa awal kemerdekaan sampai masa munculnya pemberontakan PKI pada tahun 1965 banyak diliputi ketegangan antara kelompok Islam dengan kelompok nasionalis. Perjumpaan antara kedua kekuatan tersebut terjadi misalnya dalam perumusan dasar negara RI yang akan dibentuk. Kelompok Islam menghendaki Syariat Islam sedang kelompok yang lain menghendaki dasar negara yang bebas dari primordialisme agama yaitu Pancasila. Debat tentang dasar negara tersebut kemudian diakhiri dengan satu modus dengan merumuskan gentlemen’s agreement tentang Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Namun sehari setelah Indonesia merdeka atas keberatan dari kelompok nasionalis dan Kristen dari Indonesia Timur maka ketujuh kalimat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 tersebut dihapus. Pada saat inilah bibit ketegangan antara Islam dengan Kristen mulai muncul.







DAFTAR PUSTAKA
Feith, Hembert dan L. Castles. ed. 1988. “Pengantar”, dalam Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965, Jakarta: LP3ES.
Ir.Soekarno. 1964. “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, dalam Dibawah Bendera Revolusi, Jakarta: Departemen Penerangan.
Maarif, Ahmad Syafii.1985 Studi tentang Percaturan dalam Konstituante: Islam dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES.

Natsir, M.1969 Islam dan Kristen di Indonesia. Bandung: Peladjar dan Bulan Sabit.


https://prezi.com/ubn6w6aemalk/konflik-dan-pergolakan-yang-berkaitan-dengan-ideologi/.pdf





[2] http://02-jti-1-1-2013-ketegangan-antar-kelompok-agama.pdf

1 komentar:

  1. Sands Casino
    Play the best online slots and casino games 메리트 카지노 at the best online casino in Las Vegas for a chance to win huge jackpots. Our 카지노 progressive jackpot progressive jackpot ‎How to play Slots · ‎Game Providers · ‎Types of septcasino Games

    BalasHapus